//Aku ingin begini
//Aku ingin begitu
//Ingin ini, ingin itu, banyak sekali.
Menjalani masa
kecil seperti halnya anak-anak Indonesia
pada umumnya, yaitu dengan menonton film kartun hingga overdosis. Ternyata hal
itu berefek positif untuk kelanjutan hidup saya pribadi. mimpi untuk bisa pergi
ke negeri sakura sudah melekat kuat, hingga
akhirnya penantian kabar dari mimpi itu berbuah manis.
Jalan Tuhan itu memang indah dengan
segala ‘keanehannya’. Rasanya seperti baru kemarin saja, masa dimana harus
menghafal kosa kata bahasa Jepang serta tulisan kanji. kursus menulis dan
membaca huruf kecambah (kanji). Semua itu hanya untuk bisa pergi dan bekerja di
negeri sakura. Walau akhirnya niat itu harus kembali urung, memang Sudah
alurNYA mesti bekerja dan terdampar dulu
di Kalimantan sampai Maluku. Tapi yakin Tuhan masih punya rencana lain, inilah
jawaban lugas dariNYA atas mimpi masa kecil itu. kabar baiknya, saya pergi
kesana hanya untuk sekedar have fun saja, jalan-jalan :D bukan untuk bekerja
yang berujung pada stress, hahaha. Allhamdulillah.
1-2 september 2012
Jika bukan karena Tokyo dan Fujiyama, malas rasanya harus megurus birokrasi passport dan visa. Lagu lama gaungnya masih saja rata, kira-kira begitulah birokrasi di negeri ini. Teringat bagaimana cemas terus melekat selepas pengajuan aplikasi untuk visa. Terlebih ketika tiba harinya pengambilan visa tersebut. Rasa cemas makin memuncak saja, karena ternyata kedutaan dari Jepang ingin wawancara secara langsung. Nampaknya beliau ingin memastikan kalau saya memenuhi persyaratan dan akan baik-baik saja selama di Jepang. Karena selain pergi seorang diri, dalam itenary dicantumkan pendakian ke Fujiyama. Jangankan gunung yang ada di luar negeri, beberapa gunung yang ada di Indonesiapun akan sedikit dipersulit dalam mengurus izin pendakian solo. Pertanyaan demi pertanyaan dijawab dengan bahasa inggris yang terbata-bata bercampur bahasa Jepang sebisanya.
Beruntung hari itu memakai kaosnya
bang Willem Tasiam yang bertemakan ‘Pendakian Marathon 30 Gunung 27 Hari’.
Setelah membaca tulisan di kaos tersebut, beliau hanya geleng-geleng kepala
menatap kagum. Wawancarapun berakhir tanpa mempertanyakan skill dan semua
tentang pendakian. Terimakasih bang Willem.Tak lama setelah proses wawancara
berakhir, akhirnya dokumen pengajuan visa disetujui. Allhamdulillah Tokyo
semakin dekat saja dengan nyata.
selepas cemas berkepanjangan karena
penantian visa, pikirpun sudah mulai
berpacu kembali dengan apa yang harus disiapkan selama perjalanan. Tiket,
perbekalan, hingga rencana kegiatan selama di sanapun disusun secara mendadak.
Nasib orang yang kuli yaitu tidak mempunyai waktu yang cukup fleksibel.
Kembali, karena semuanya serba
mendadak, tidak terlalu berharap bisa mendapatkan tiket promonya air asia,
dengan terpaksa membeli tiket garuda yang harganya cukup menguras isi kantong.
1 September 2012 dengan menggunakan garuda penerbangan malam perjalananpun
dimulai dengan rute Jakarta (Soetta)-Bali (ngurahrai)-Tokyo (Narita).
Memasuki midnight, pulau dewata mulai
terlihat. Transit 3 jam di Denpassar pasti akan terasa lama. Setibanya di
bandara Ngurahrai, langkahpun dengan pasti menuju ke salah satu café. Kopi
adalah Cara untuk menikmati waktu tanpa harus memakinya. Sendiri menikmati
malam di pulau dewata ditemani secangkir kopi. Menjadikan kenangan akan tempat
ini semakin menjadi saja. Dewata, ada banyak kenangan disana.
2 september 2012, 00:30 wita,
sepertinya waktu sudah mengizinkan untuk check in kembali ke pesawat. walaupun
pikiran masih ingin bermain dengan angannya tapi mata punya ingin lain. Ia
mulai menuntut haknya, menutup dan kemudian gelap. Semoga saja terus gelap
hingga 7 jam kedepan. Karena bukan hal yang menyenangkan berada dalam pesawat
selama itu.
2 september 08:30 waktu setempat,
inilah jawaban atas penantian mimpi itu. Narita airport, bisa juga menjejakan
kaki di negeri sakura. Suasana hati semakin tak pasti, antara takjub dan masih
tak percaya bisa sampai sejauh ini. Setelah semua urusan keimigrasian selesai,
tak pernah bosan untuk segera bertanya ‘dimana letak smooking room??’. butuh ketenangan dengan sedikit asap untuk
bisa menikmati semua ini. Tak terasa
sudah hampir 5 batang roko habis di dalam smooking room. Mata dan pikir masih
sibuk dengan alur yang sudah tertulis di buku kecil, mencoba merealisasikan
semua yang sudah diisyaratkan pena. Berbekal coretan kecil inspirasi dari
smooking room sudah cukup bisa meyakinkan hati untuk melanjutkan perjalanan.
Stasiun bawah tanah narita |
Banyaknya papan petunjuk sepanjang perjalanan yang mudah dipahami mata, menekan rasa khawatir saya terhadap penyakit disorientasi akut ketika berada di kota. Dan jika masih bingung, jangan sungkan untuk bertanya pada orang Jepang. Jangan tertipu dengan wajah dingin, datar, tanpa nyawa. Walaupun begitu, ketika kita bertanya atau meminta bantuan, mereka akan sangat senang membantu. Menguasai sedikit bahasa Jepang sangat disarankan untuk anda yang akan berpetualang di sini. Fakta dilapangan, hanya sedikit orang Jepang yang fasih dengan English, tetapi jangan khawatir walaupun mereka memberi petunjuk dalam bahasa Jepang bahkan merekapun tahu, kita tidak mengerti sama sekali apa yang mereka ucapkan. Mereka takkan meninggalkan kita dalam kebingungan, berusaha menerangkan apa yang dia maksud dengan berbagai cara. Bisa dengan bahasa tubuh atau menggambarkan peta sederhana untuk kita. Mereka pasti berusaha keras agar kita mengerti dengan apa yang mereka coba jelaskan. Welcome to the japan J
tiket nex JR |
Tokyo, sore hari saat musim panas tak ubahnya
dengan Bandung. Hari yang cukup hangat untuk memberi sebuah kejutan pada teman
lama. Dibalik telephone umum kusapa seorang teman lama yang kebetulan bekerja
di Edogawa. Sepertinya dia masih tak percaya kalo temannya yang gembel ini
sudah sampai di Tokyo. Setelah lama bersua lewat telephone, percakapan berakhir
dengan kesimpulan, menunggunya datang menjemput di sekitar area perbelanjaan
Takashimaya.
teman... :) |
Layaknya seorang teman yang terpisah
lama, sepanjang jalan sepertinya takkan habis bercerita tentang kisah selama
terpisah ini. Dan itulah saya, bukan orang hebat, Hanya orang beruntung.
Beruntung karena dikelilingi orang-orang hebat. Terbukti pada saat-saat seperti
ini, ketika merasa ‘terasing’ arti temanlah yang bisa menjawab semua
keterasingan itu.
Wisata Kuliner |
Dan lagi, peran seorang teman menjadi sangat
dominan ketika dia mempersilahkan untuk tinggal di tempatnya selama berada di Jepang.
Allhamdulillah, terimakasih banyak untuk mang yudha dan teman-teman atas
tumpangannya :D
Perut yang kenyang serta mentari yang
kian samar seperti alarm yang mengingatkan untuk segera beristirahat, pulang.
Dari stasiun Shinjuku kami bertolak ke stasiun Funabori (Edogawa). Lupakan
sejenak tidur cukup dan nyenyak untuk malam ini, karena masih banyak hal yang
perlu disusun ulang untuk pendakian solo Fujiyama besok. Info serta masukan
dari teman untuk pendakian Fujiyama sangat membantu. Dari mulai rute, buged
sampai semua data yang dibutuhkan pendaki pada umumnya dia jabarkan secara
terperici, lepas tengah malam mata dan tubuh mulai kompak bekerjasama untuk
mogok gerak. Saatnya beristirahat untuk persiapan esok, pendakian solo Fujiyama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar