Mengenai Saya

Foto saya
'im not an adventurer by choice but by fate'

Selasa, 17 Januari 2012

Mumi made in Indonesia Londa





Goa Londa merupakan goa alam yang dijadikan tempat pemakaman para leluhur Tana Toraja. Goa ini terletak di desa Sandan Uai, kecamatan Sanggalangi, sekitar 7 kilometer dari pusat kota Makalele, Toraja. Gua ini memiliki kedalaman sekitar 1000 meter, gelap, di beberapa tempat naik turun cukup terjal, dan sebagian hanya memiliki ketinggian sekitar 1 meter sehingga orang harus membungkuk melewatinya. Di dalam gua terdapat ratusan tengkorak dan ribuan tulang belulang yang sebagian sudah berumur ratusan tahun. Banyak juga peti-peti mati yang masih baru. Udara di dalam gua terasa sejuk, tidak pengap ataupun berbau meskipun di dalam gua terdapat banyak mayat.
Di Tana Toraja, Goa Londa dianggap sebagai tempat yang dikeramatkan. Meskipun demikian, siapa saja termasuk anda dapat berkunjung ke goa ini. Namun sebelum menelusuri Goa Londa lebih jauh lagi, anda diwajibkan untuk menjalankan beberapa aturan adat yang berlaku di tempat ini. Aturan terpenting yang harus dipatuhi yakni anda tidak diperkenankan untuk memindahkan ataupun mengambil tulang manusia meskipun tulang itu tampak berserakan di sudut goa. Jika berkenan, anda dapat membawa sesaji seperti sirih, pinang, serta aneka bunga sebagai permohonan ijin kepada leluhur.
Tau-tau
Sebelum masuk ke dalam mulut goa, anda dapat melihat beberapa buah Tau-tau yang diletakkan berderet di puncak Goa Londa. Dalam bahasa Tana Toraja, Tau-tau diartikan sebagai patung dari jenasah yang dimakamkan di dalam Londa. Konon, Tau-tau awalnya hanya dibuat untuk menentukan jenis kelamin mendiang. Jika yang meninggal kaum perempuan Toraja, Tau-tau dibuat sedemikian rupa mirip seorang wanita dan dilengkapi dengan baju wanita khas Toraja.
Jika yang meninggal lelaki, patung Tau-tau dilengkapi dengan pakaian lelaki adat Toraja. Namun kini, Tau-tau dibuat sedemikian rupa hingga terlihat mirip dengan wajah mendiang. Seringkali, di Tau-tau itu juga disertakan harta benda kesayangan dari jenasah yang dimakamkan di Londa. Untuk melihat daya tarik dari Londa lebih dekat lagi, anda dapat menelusuri goa yang panjangnya mencapai seribu meter ini dengan berjalan kaki.
Tehnik gratisan
nebeng ma rombongan orang lain
Sebelum menelusuri goa ini, anda dapat membeli tiket di loket masuk Goa Londa. Untuk mempermudah langkah anda selama berada di dalam goa, disarankan untuk membawa lampu penerangan, seperti senter. Jika tidak, anda dapat menggunakan lampu berbahan bakar minyak tanah atau petromak yang disewakan dengan harga berkisar 25 ribu rupiah per unit. Kecuali jka anda berjalan sendiri seperti saya, anda tinggal duduk santai menunggu rombongan lain masuk, ikut nimbrung dag berbaur dengan kelompok orang lain, anda dapat guide sekaligus penerangan tanpa harus bayar, hehehe.
Tidak terlalu jauh dari pintu masuk Goa Londa, anda dapat menjumpai beberapa erong. Erong merupakan peti mati khas Toraja yang tertanam di dinding goa. Hingga kini, di dalam erong itu juga masih tersimpan tulang dari jenasah yang konon telah meninggal ratusan tahun lalu. Di dinding goa yang tersusun dari batu kapur itu terdapat beberapa buah erong. Tinggi dari setiap erong yang tertanam di dinding Goa Londa tidaklah sama. Semakin tinggi derajat atau status sosial dari sang mendiang, semakin tinggi pula posisi peletakan peti matinya.
Ketika berada di dalam goa, anda dapat menjumpai puluhan tengkorak dari kepala manusia yang terlihat berserakan di setiap sudut goa. Bagi anda yang belum pernah melihat kondisi Goa Londa, suasana di goa ini terasa cukup mencekam. Namun bagi anda yang gemar berpetualang, suasana mencekam itu justru dijadikan ciri khas tersendiri dari Goa Londa. Anda tertarik untuk mengetahui jenasah siapa saja yang dimakamkan di Goa Londa? Para pemandu wisata Goa Londa siap membantu anda.
Dalam waktu tertentu, masyarakat Tana Toraja datang ke Goa Londa untuk ziarah ke makam para leluhur mereka. Ketika berada di dalam goa, mereka tak hanya berdoa, melainkan juga mempersembahkan sesaji, seperti sirih, pinang, serta aneka bunga. Seringkali, mereka membawa sesaji yang diyakini sebagai kesukaan dari sang mendiang, seperti rokok, sepiring makanan, serta sebotol air putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar