Mengenai Saya

Foto saya
'im not an adventurer by choice but by fate'

Minggu, 14 Agustus 2011

Pendakian Solo Estafet G. Kerinci-Danau G. Tujuh-G. Gamalama

G. kerinci (3.805 mdpl)
View dari puncak kerinci, Negeri di atas awan andalas.
         
Gunung tertinggi kedua di indonesia setelah pegunungan di papua. juga  gunung tertinggi di pulau andalas(Sebutan lain untuk P. Sumatera) dan tertinggi di indonesia untuk gunung dengan kategori masih aktif ini, secara administratif terletak di desa kersik tuo, kab kerinci, propinsi jambi.
          memulai petualangan dari p. obi (halmahera selatan, maluku utara), tempat dimana saya bekerja. Perjalanan tentu akan terasa lebih panjang pada setiap pendakian. Dari p. obi, naik speed boat selama 3 jam, sampai di pelabuhan jikotamu, kemusian dilanjut dengan kapal kayu kecil sampai ternate selama 1 hari 1 malam, barulah dari ternate ada bandar udara, perjalanan dilanjut menggunakan pesawat ke jakarta selama 3,5 jam. Dari jakarta masih harus dilanjut travel sampai rumah di Bandung.
          Belum mulai mendaki, ini baru sampai di rumah untuk mengambil semua peralatan yg diperlukan, perjalanan yang ditempuh sudah lumayan melelahkan. Tapi saya menikmatinya, laut di timur masih asri, anggap saja wisata dibayar :D
          Dari bandung bertolak ke jakarta lagi, bandara soetta-padang. walaupun G. kerinci ini terletak di provinsi jambi, tapi jika kita menggunakan pesawat, jarak tempuh akan lebih dekat dari padang. (tiket, 1,4 jt pp jkt-pdg, pdg-jkt, batavia, 130711-170711). Kecuali jika menggunakan jalur darat, anda Pasti melewati jalan lintas sumatera via jambi.
          Sampai di padang dilanjut dengan travel ke kersik tuo. travel yang saya gunakan travel ayu dengan tarif 80 rb (130711). Begitu ‘landing’ di bandara minangkabau (padang), anda bisa naik bis damri dengan tarif 15 rb. Pesan saja ke kondektur, tolong diturunkan di travel ayu atau di depan DPRD padang. Ada dua Jadwal keberangkatan ke kersik tuo, jam 9 pagi dan jam 7 malam. Dengan waktu tempuh antara 6-8 jam. no tel travel ayu kalau anda mau ‘booking’ terlebih dahulu, 074822074.
Homestay alm Paiman
          Anda bisa meminta supir travel untuk diturunkan di home stay paiman, kersik tuo. InsyaAlloh, anda diturunkan di depan pintu home stay paiman. Home stay paiman, dari dulu dijadikan tempat beristirahat para pendaki yang akan naik kerinci. Terimakasih untuk almarhum paiman yg telah banyak membantu para pendaki. Dulu, istirahat di sini tidak dipungut bayaran. Tapi, setelah home stay berjamur dan atas desakan warga sekitar sehingga mulai sekarang dipungut bayaran. Jangan khawatir, walaupun dipungut bayaran, biayanya masih terjangkau. Selain itu tempatnya nyaman dan yang pasti  bu iman dan keluarga sangat ramah dengan para pendaki membuat betah berlama-lama tinggal di sana.
Foto alm paiman dengan banyak para pendaki
Kamar yang disediakan untuk pendaki melepas lelah
          Setelah merasa cukup beristirahat dari lelahnya perjalan, sore harinya, memulai pendakian tunggal ini. Karena saya orangnya santai dan ‘enjoy’ jadi, dibawa santai saja.
R.10 Pintu Rimba
kemalaman di pos 2.
marker untuk sumber air di shelter 1
sumber air di shelter 1 yang minim.
          Jam 3 sore (140711) sampai di pintu rimba R.10. melewati pos 1 dan akhirnya kemalamam di pos 2. Mendirikan tenda di sana. Beruntung kemalaman di pos 2, karena di pos 2 inilah sumber air terbilang cukup melimpah selain di shelter 3. Di kerinci ini tak ada sungai aktif, yang ada hanya sungai kontemporer yang menyimpan air endapan hujan saja.
sumber air di pos 2 ininlah yang paling berlimpah dan anda akan mendapatkan sumber air yang berlimpah seperti ini juga di shelter 3.
seperti ini keadaan sungai musiman di pos 2.
          Esok harinya(150711) perjalan dilanjutkan, lewati pos 3 dan shelter 1. Kemalaman lagi di pertenganhan perjalanan antara shelter1 dan shelter2. Dari sini puncak sudah dekat. Biasanya para pendaki mendirikan tenda di shelter 2 atau shelter 3.
Rehat di pos 3.
masak, ngopi, ngemil cokelat sebelum summits attack.

Dari tempat mendirikan tenda, summits attackpun dilakukan. Jam 2 pagi bangun, buat sarapan yang pasti kopi juga gan, sikat!! Hahaha. Barulah sekitar jam 3 pagi (160711) berbekal peralatan seperlunya, yang pasti kamera dan senter. hujan gerimis, sendiri, menembus malam menuju puncak. tidak mudah untuk meyakinkan diri bahwa saya bisa menembus malam di hutan seorang diri. Mengingat G. kerinci adalah habitatnya harimau sumatera. harus beberapa kali menarik nafas terlebih dahulu, sebelum akhirnya memberanikan diri keluar tenda dan memulai summits attack. track yang dilewati kali ini mulai terjal dengan rata-rata kemiringan 600. Sepanjang jalan antara shelter 1- shelter 3 ini adalah medan terberat di G. Kerinci. Sering juga  dijumpai tanjakan dengan ketinggian sampai sebahu, bahkan ada yang setinggi kepala kita. Tidak hanya kaki, tanganpun ikut berperan mencari pegangan. dengan berpegangan pada akar-akar pohon besar yang menjalar keluar atau batang tanaman.
Setelah 2 jam berjalan sendiri, pohon-pohon yang besar sudah jarang terlihat. Vegetasinya kini berganti menjadi pohon paku dan vegetasi alpin khas pegunungan. ‘view’ Hutan yang lebatpun sudah mulai berganti lapang. Langkah semakin bersemangat saja ketika melewati beberapa  tenda para pendaki. Indikator sudah sampai di shelter 3. Mestinya disinilah mendirikan tenda.
Mendekati puncak bayangan, dari kejauhan sudah terlihat banyak cahaya dari senter para pendaki yang sudah sampai di sana terlebih dahulu. Mengetahui ada pendaki lain yang sudah sampai di sana, semakin memacu saya untuk mempercepat langkah. Sampai di puncak bayangan sekitar pukul 5 pagi. Langit masih gelap, angin bertiup sangat kencang, ditambah kabut yang masih pekat menambah eksotis suasana di sana. Cahaya senter yang terlihat tadi  ternyata berasal dari rombongan mapala asal UGM Yogyakarta. tentu mereka kaget melihat pendaki kurus  yang hanya seorang diri mendaki kerinci. Allhamdulillah ada teman untuk berbagi momen di puncak sana. Walaupun saya tak kenal mereka, tapi setiap pendaki sepertinya punya tali persaudaraan yang tersendiri. Selalu ramah dan welcome.
Jejak pendakian tunggal saya di puncak kerinci
@puncak kerinci dibantu mapala dari UGM mengibarkan bendera OI
Bersama mapala dari UGM.
Bersama mapala UGM.
         
Berbincang dengan mereka di puncak bayangan sambil menunnggu matahari terbit. Setelah dirasa terang, kabut tak begitu pekat,  kamipun bersama-sama tapaki puncak, perjalanan 30 menit sampai juga di puncak tertinggi di andalas ini, sekitar pukul 7 pagi. Air matapun tumpah di atas sana. rasa haru menyelimuti jika ingat perjuangan untuk bisa menapakan kaki di puncak, tapi semua itu terbayar dengan ‘view’ yang wah di atas puncak sana. Anda bisa menyaksikan awan yang jauh di bawah kita.. hamparan kota, danau gunung tujuh (danau tertinggi di asia tenggara) juga garis pantai dan samudera hindia terlihat jelas. Jika asap putih belerang tidak terlalu pekat anda bisa melihat air kawah kerinci yang bewarna hijau.
namun sayang, ketika berada di bibir kawah, sepertinya kerinci sedang meningkat aktifitasnya. Asap putih pekat menghalangi pemandangan dan membahayakan pendakian juga. Terbukti ketika pulang dari sana, baru sampai di lampung. Ada sms teman yang mengatakan pendakian ke kerinci ditutup sementara karena aktifitas vulkaniknya meningkat.
          Setelah dirasa cukup berada di bibir kawah, selain karena sudah terlalu siang, sayapun lekas turun. karena jika siang, angin sudah berbalik arah dan asap kawah yang beracun sudah menutupi jalur pendakian ke puncak.
Fisik Drop, terpaksa mendirikan tenda di shelter 1
  fisik saya tidak sebagus orang lain, stamina sudah mulai terasa drop. Bergegas kembali ke tempat saya mendirikan tenda di antara shelter 1 dan 2. ‘Packing’ bersiap untuk pulang. Tapi karena fisik sudah drop, sayapun tidak ingin memaksakan tubuh ini. Karena saya berjalan sendiri, tentu safety mesti saya tekankan dengan sangat. Saya memutuskan untuk mendirikan tenda di shelter 1. Walaupun saya tahu risikonya jika tidak turun hari itu, Otomatis. saya ketinggalan pesawat, tapi itu lebih baik daripada mengorbankan tubuh ini.
kerinci mt dilihat dari kersik tuo
          Esok paginya (170711) baru saya lanjutkan perjalan pulang dan akhirnya sampai juga di homestay paiman. Merasa bersalah. Karena buiman sudah cemas menanti saya yang mendaki sendiri. Karena saya telat turun, Hampir saja nama saya dilaporkan bu iman  ke petugas untuk dicari jika tidak pulang juga malam itu.

Danau Gunung Tujuh (1.996 mdpl)
danau gunung tujuh, kebetulan sekali saya sendiri nelayan yang biasanya mencari ikan pun turun.
mersa aneh, berada di danau tertinggi se asia tenggara seorang diri.
Marker ke danau gunung tujuh
danau gunung tujuh
nyamannya setelah lelah mendaki berbaring di kasur empuk dengan selimut tebal. Setelah dirasa cukup beristirahat di home stay paiman, Perjalanan masih berlanjut esok sorenya (180711), dengan tujuan danau gunung tujuh. Secara administratif, danau gunung tujuh ini terletak di Desa Pelompek, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. perjalanan ke pelompek dari kersik tuo bisa ditempuh dengan ojeg atau angkot kuning. Nama danau tujuh ini sudah terkenal sebagai obyek wisata andalan kab kerinci. Selama anda mau bertanya, dijamin anda tidak akan kesulitan mencapai danau ini.

danau tertinggi se-asia tenggara  ini dikelilingi oleh 6 gunung. yaitu Gunung Hulu Tebo dengan ketinggian 2.525 meter dpl, Gunung Hulu Sangir (2.330 meter dpl), Gunung Mandura Besi (2.418 meter dpl), Gunung Selasih (2.230 meter dpl), Gunung Jar Panggang (2.469 meter dpl), dan Gunung Tujuh (2.732 meter dpl) yang puncaknya paling tinggi. Di puncak indrapura (puncak gunung kerinci) danau ini terlihat sangat jelas.
sebagai kawasan yang menjadi salah satu sentra keanekaragaman hayati, Danau Gunung Tujuh juga sering dikunjungi para pencinta dan peneliti flora dan fauna. Di kawasan ini hidup berbagai jenis satwa khas TNKS seperti harimau
sumatera (Panthers tigru surnatrensis), siamang, beruang madu, babi hutan, tapir, bermacam burung, dan berbagai jenis kupu-kupu. Tumbuhan yang hidup di kawasan ini pun beragam dengan primadona berbagai jenis anggrek alam dan bunga kantong semar.
Secara ilmiah, Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau. Memiliki ukuran panjang sekitar 4,5 km dan lebar 3 km, danau yang berada di ketinggian 1.996 meter dpl ini. karena danau gunung tujuh ini berada pada ketinggian 1.996 mdpl sehingga danau ini sering tertutup kabut tebal.
Selain melakukan pendakian, tidak sedikit pengunjung yang datang hanya untuk menikmati suasana alami di kaki gunung. Setiap akhir pekan, banyak pendaki yang naik ke Danau Gunung Tujuh. Mereka tidak hanya berasal dari Kerinci, melainkan juga wisatawan yang datang dari luar daerah. Tidak heran jika setiap hari Sabtu-Minggu, banyak tenda yang berdiri di sekitar pos jaga. Danau ini juga jadi tempat mata pencarian bagi nelayan pelompek yang mencari ikan di danau tersebut.
Jika beruntung anda bisa melihat kapal nelayan yang sedang mencari ikan. Anda bisa menyewa kapalnya yang hanya mengandalkan tenaga dayung. Di bagian lain di danau ini, tepatnya di bawah kaki gunung tujuh. Terdapat  pasir putih yang masih asri dan jarang sekali ada yang sampai di sana. Bisa juga di tempuh dengan berjalan menyusuri tepi danau yang pasti anda harus membuar jalur sendiri untuk bisa sampai disana selama sekitar setengah hari.  
tidak mau dipusingkan dengan urusan transfortasi, saya lebih memilih naik ojeg saja. Lebih tepatnya carter ojeg. Dengan membayar 50 rb (nego, pp) anda sudah bisa dengan santai menikmati perjalanan. Karena sarana transfortasi angkot masih jarang di sana, terlalu lama menunggu angkot bisa jenuh juga. Selain itu, karena perjalanan ini di mulai di sore hari. Sudah pasti pulang pada malam harinya. jika tidak carter, kemungkinan akan kesulitan mencari kendaraan untuk pulang. anda bisa dengan sangat mudah menjumpai ojeg di sepanjang jalan depan homestay tempat anda menginap. Anda akan diantar ojeg sampai di pintu gerbang TNKS(Taman Nasional Kerinci Seblat)
Di tengah perjalanan menuju danau gunung tujuh, sempat berpapasan dengan nelayan yang akan pulang ke perkampungan. Sempat berbincang lama dengan 2 orang nelayan itu. Dari cara mereka bertanya dan raut wajah, sepertinya mereka khawatir melihat saya mendaki sendiri karena hari sudah hampir gelap. Mereka hanya berpesan agar saya tidak memaksakan diri untuk turun, jika hari sudah gelap.
perjalanan cukup menguras tenaga, karena anda harus melewati beberapa bukit dulu untuk bisa sampai dengan berjalan kaki sekitar 2,5-3  jam. Karena baru turun dari kerinci, tentu perjalan ini terasa berat. Mengingat kondisi fisik belum kembali 100%.
Sesampainya di danau gunung tujuh, takjub melihat danau yang begitu besar. Di selimuti kabut tebal, eksotis pemandangan di sana. Namun entah karena hari yang sudah mulai gelap atau karena saya sendiri. benar-benar sendiri di danau tertinggi se-asi tenggara, tidak ada pendaki lain yang naik, bahkan nelayan yang biasanya menginap untuk mencari ikanpun sudah pulang.
Dibalik keindahannya ada yang berbeda dengan danau ini. Saya termasuk orang yang sulit percaya dengan ‘six sense’, tapi entahlah sepertinya ada ‘sesuatu’, atau apalah yang membuat saya harus meninggalkan tempat ini secepat mungkin. Teringat pesan nelayan tadi untuk tidak memaksakan pulang jika hari sudah gelap. Hanya sebentar saja menikmati keindahan danau ini. Setelah menghabiskan 2 gelas kopi dan sepiring oatmeal sayapun bergegas turun.
Jalan yang tadi dilewati sudah tertutup kabut ditambah cahaya matahari yang kian samar cahayanya membuat ‘rasa’ itu semakin menjadi. Jam di tangan menunjukan pukul 6. Menurut perhitungan di atas kertas, waktu tempuh untuk turun sampai pintu TNKS sekitar 2 jam. Berarti saya akan sampai di gerbang TNKS sekitar pukul 8. Diatas kertas, menurut perhitungan berarti saya akan jalan sendiri lagi dalam gelapnya malam dan kabut, kemalaman di jalan.
          teringat pesan pak nelayan tadi untuk tidak memaksakan turun ketika gelap, tak juga buat niat saya untuk turun menjadi ciut. Memaksakan diri untuk turun karena ‘rasa’ itu membuat saya tidak nyaman untuk berlama-lama di sana. Sekali lagi, saya kurang percaya dengan ‘six sense’. Tapi sepanjang kaki ini melangkah pulang. ada rasa, saya di ikuti oleh sesuatu. Tak terlihat, tak terdengar, tapi merasa seperti diawasi.
Di tengah lebatnya hutan yang kian gelap, tetapi masih memungkinkan untuk melihat jalan tanpa bantuan cahaya senter, sering terlihat beberapa kelompok monyet yang berukuran besar bergelantungan di atas pohon.
Ada ungkapan dari orang tua dulu yang mengatakan, ‘jangan lihat ke belakang jika kau merasa takut ketika berjalan’. Saya memaknai itu sebagai pesan agar kita tidak  ragu ketika melangkah. Namun, ketika saya sangat penasaran dengan apa yang ada di belakang, tidak akan segan untuk menoleh ke belakang, lebih dari itu terkadang menyempatkan diri untuk duduk atau bersandar pada pohon, nyalakan sebatang rokok, coba masuk dan berbaur didalamnya. Terdiam mengamati lingkungan sekitar hanya untuk memastikan diri ini, memang tidak ada apa-apa di sana kecuali saya dan Tuhan, semuanya akan baik-baik saja. ‘berani itu bukan berarti tanpa rasa takut, tapi menghadapinya….’
pintu gerbang TNKS, hari sudah gelap ketika sampai disini
Semakin gelap, tapi allhamdulillah beberapa bukit yang lebat sudah dilewati, sudah sedikit tenang, karena sudah mulai masuk daerah ladang, berarti pintu gerbang TNKS sudah dekat. Beruntung ada signal di sini, setelah janjian dengan tukang ojeg untuk jemput saya. Daripada kesepian jalan sendiri lebih baik telepon teman. Tak terasa mengobrol, langkahpun sampai di depan pintu gerbang TNKS. 1 jam lebih awal dari perhitungan di atas kertas tadi. Sekitar jam tujuh sudah sampai perkampungan. Setelah menunggu beberapa menit tukang ojeg datang menjemput dengan wajah cemas bercampur aneh, ko bisa turun dari sana secepat itu, jauh dari perkiraan sebelumnya.
Sepanjang jalan menuju kersik tuo, tukang ojeg tadi banyak bertanya tentang perjalanan ke danau gunung tujuh.
‘bertemu dengan siapa saja di atas danau tadi?? Mas g ngambil benda apapun kan di atas??’
‘Enggak, g ngambil apapun diatas,  Hanya berpapasan dengan 2 nelayan yang turun’ jawab saya.
‘g mengalami hal-hal yang aneh kan mas??’ pertanyaan yang ini terasa lain, tukang ojeg ini sepertinya tahu kalo di sana saya merasakan ada hal yang aneh.
‘ada yang aneh seh di sana, tapi saya tidak melihat atau mendengar apapun yang berkaitan dengan hal gaib. hanya merasa ada yang salah saja dengan tempat itu’ jawab saya dengan sedikit penasaran.
Dari obrolan yang saya tangkap sepanjang jalan, ternyata danau gunung tujuh termasuk tempat yang lumayan angker di mata warga pelompek atau kersik tuo. Sebelum dibuka menjadi tempat wisata, tempat ini pernah didiami suku anak dalam. Selain itu, ada juga kepercayaan tentang ‘penunggu’ danau yang wujudnya berupa manusia berukuran cebol dengan kaki terbalik ke belakang.
Wujud ini dipercaya sering menyesatkan para pendaki yang naik dengan meninggalkan jejak kaki yang salah. Penunggu danau ini juga sering kali menampakan diri jika kehadiran manusia mengusiknya. Ada larangan tidak tertulis untuk tidak membawa apapun dari danau itu.
Menurut kepercayaan mereka, jika kita mengambil sesuatu dari sana, maka kita akan terus dihantui oleh penunggu danau itu sampai benda yang kita ambil dikembalikan lagi ketempatnya. di tempat itu sempat juga menjadi habitat gajah. Setelah dibuka menjadi tempat wisata, gajah yang ada dipindahkan ke lampung, way kambas.
Percaya atau tidak percaya, itu sudah menjadi keyakinan mereka. Saya pribadi sebagai seorang muslim, sudah jadi kewajiban bagi muslim untuk percaya dengan hal gaib. Saya percaya dengan hal gaib, tapi sebatas percaya bukan untuk ditakuti. Walaupun ‘takut’ itu manisiawi, Tuhan bersama kita.
‘berani itu bukan berarti tanpa rasa takut, tapi menghadapinya….’ 
G. Gamalama (1.715 mdpl)
bibr kawah gamalama 1715 mdpl
         

       
Pulang dari danau gunung tujuh kembali lagi ke markas (home stay paiman). Siang esok harinya (190711), waktunya pamitan dengan buiman dan keluarga. Sudah ketinggalan pesawat, Akhirnya memutuskan untuk pulang dengan jalur darat menggunakan bis. Yah, mungkin ini jalan saya untuk mengenal pulau sumatera lebih dekat. Dari homestay paiman naik angkot kuning sampai di sungai penuh, ongkosnya sekitar 15 rb. Dari sungai penuh dilanjut dengan travel. Dan saya minta turun di bangko. Dari bangko ini, banyak bis menuju jakarta bahkan sampai jawa tengah.
pelabuhan bakauheni, lampung
          Karena saya naik di jalan, tidak di terminal. Jadi, ongkos bisa nego dengan kernet bis. Sampai jakarta hanya membayar 150 rb, terbilang sangat murah. Ongkos ini tergantung dari seberapa pintar kita nego. Setelah menghabiskan waktu 2 hari 2 mlm barulah sampai di rumah sekitar pukul 10 malam, 210711.
          Di rumah hanya packing ulang dan membawa barang-barang yang akan dipakai untuk pendakian gamalama. Tidak bisa berlama-lama di rumah. Jam 1, malam itu juga (220711) bertolak kembali ke soetta untuk terbang paginya sekitar jam 5. Allhamdulillah orang tua bisa mengerti keinginan saya, dan selama ini support dengan apa yang saya lakukan.
          Setelah ‘transit’ di surabaya dan menado akhirnya ‘landing’ juga di ternate. Dari bandara sultan babullah, anda sudah bisa melihat langsung kemegahan G. gamalama ini. Masih hangat dengan kepulan asap putih dari kawahnya.

Oleh masyarakat setempat, Gunung Gamalama dipercaya memiliki banyak nilai-nilai keramat. Tak heran jika banyak mitos yang beredar, dan semakin memperkuat kekeramatan gunung ini. Semisal, masyarakat setempat selalu menyarankan pada sebuah tim yang berencana mendaki Gunung Gamalama agar memiliki jumlah anggota yang genap. Sebelum mendaki pun, sebisa mungkin untuk berdoa, agar tidak mengalami halangan dalam perjalanan.
Selain itu ada juga ritual mengelilingi Gunung Gamalama. Dalam ritual bernama Kololi Kie ini, masyarakat mengelilingi Gunung Gamalama, seraya memanjatkan doa untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan rakyat Ternate. Selain itu, Kololi Kie juga merupakan upacara penghormatan terhadap para leluhur Ternate. Kololi Kie sendiri, diadakan sekali dalam setahun, setiap bulan April.
Gunung Gamalama, yang juga kerap disebut sebagai puncak Ternate, merupakan sebuah stratovolkano, yakni gunung berapi yang tinggi dan mengerucut, yang terdiri atas lava dan abu vulkanik yang mengeras. Gunung yang berdiameter 11 km ini, memiliki danau kawah dan kawah ganda. Gunung Gamalama, juga merupakan salah satu gunung api di Indonesia yang masih aktif. Seperti yang tertulis dalam www.geocities.com, sejak tahun 1538 M hingga saat ini, Gunung Gamalama telah menyemburkan laharnya lebih dari 70 kali. Enam di antaranya, menyebabkan bencana alam, yakni pada tahun 1771—1772 yang menewaskan sekitar 30 orang, sekitar 1.300 orang yang tewas akibat gelombang badai yang disebabkan letusan di tahun 1775, dan letusan di tahun 1962 memakan korban sekitar lima orang. Terakhir kali, gunung ini memuntahkan isi perutnya pada tahun 2003 namun tidak memakan korban. 
Sebelum mendaki gamalama, ada beberapa hal yg harus diperhatikan. Dimulai dari izin, hingga persyaratan dari sang kuncen. Beruntung saya punya teman orang ternate. Dengan bantuannya, malam sebelum esoknya pergi mendaki. sayapun berkunjung ke rumah sang kuncen di desa moya. Desa moya ini sekaligus jadi titik awal pendakian.
          Setelah mendapat restu dari sang kuncen, dengan persyaratan harus membawa sesajen yang nantinya akan ditabur di makam keramat yang ada di bibir kawah gamalama. Gamalama memang bukan Gunung yang tinggi, tapi keramatnya sangat kental dengan hal mistis dan sudah begitu melekat dalam kepercayaan masyarakat ternate. Baru kali ini pergi naik gunung dengan sajen di ransel.
kota ternate dilihat di setengah perjalanan ke gamalama
          230711 pagi pendakian gamalama dimulai, dari desa moya. Tracknya lumayan terbilang landai. Pada awal pendakian anda akan melihat banyak pohon pala dan hamparan kota ternate sudah bisa dinikmati di awal pendakian.
         

                          Untuk sumber air, G gamalama sama seperti kerinci, tidak memiliki sungai aktif yg ada hanya sungai kontemporer terisi air hujan saja, dan legenda air abdas. Konon, mata air ini dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Maka, tak heran jika masyarakat Ternate begitu mengkeramatkan mata air ini. Sehingga, ada aturan tertentu untuk mengambil air dari mata air Abdas, yakni tidak boleh berebutan, dan tiap-tiap orang hanya diperbolehkan mengambil satu botol..
membuat marker sendiri, untuk marker, gamalama terbilang minim,
sedangkan gambar diatasnya petunjuk untuk rute air abdas
          Sebelum menemukan air abdas, anda akan melewati pos 3 terlebih dahulu. Pos 3 ini menjadi batas antara yang halal dengan yang haram. Artinya, setelah anda melewati pos 3 ini, anda tidak boleh sembarangan melakukan apapun, misalnya seperti buang air kecil, ada aturannya. Kebanyakan para pendaki menyimpan air seninya di dalam  botol aqua. Setelah mereka turun dari tempat mendirikan tenda (puncak bayangan) botol yang berisi air seni itupun dibawa kembali ke pos 3 ini. Saya pribadi kurang setuju,  jika harus menyimpan air seni di dalam botol. Selain jorok, terjadi penumpukan sampah di pos 3 ini. Bukan sampah biasa, botol plastik yang berisi air seni ini telah menggunung setinggi sekitar 3 meter. Hilang selera makan menyaksikan itu. Selain itu juga, butuh ratusan tahun untuk plastik bisa hancur secara alamiah oleh tanah. Kebanyakan dari kita mengaku pecinta alam, inikah para pecinta alam???

Mengenai buang air kecil ini, sebenarnya ada cara lain agar adat dan alam bisa terjaga. Hal ini juga dianjurkan oleh sang kuncen dari desa moya. Saya setuju dengan anjuran sang kuncen yang menganjurkan untuk tidak menyimpan air seni di dalam botol. Tidak jadi masalah jika tidak ditampung di dalam botol, dengan syarat anda harus menghadap ke arah selatan ketika buang air.
Sampai puncak pada sore harinya, mendirikan tenda di puncak bayangan dengan ‘view’ bandara sultan babullah dan kota ternate, serta lautan yang luas. Karena G gamalama ini terletak di kepulauan kecil, jadi view lautnya bisa dikatakan wah, jika dibandingankan dengan kebanyakan gunung di jawa yang terletak jauh di pantai.
sun rise @puncak gamalama
         
Jejak pendakian tunggal gamalama
terlihat ceria mereka menyambut mentari pagi
Pada malam hari, lampu-lampu kota ternate cukup indah juga untuk dinikmati. Keindahan tidak sampai sana, pagi hari sama halnya dengan sunset, sun rise di puncak gamalama juga eksotis dan anda harus melihatnya sendiri untuk bisa berdetak kagum.
sun rise di puncak gamalama, terlihat p. jailolo lautan dan p makian
sun rise di puncak gamalama, terlihat g tidore dan p. meutia
tempat mendirikan tenda, angin bertiup kencang.
          Dari puncak gamalama anda juga bisa melihat G. tidore, p. meutia, dan p. jailolo serta pulau-pulau kecil lainnya. Tapi, hati-hati angin di puncak bertiup sangat kencang. mungkin karena pengaruh angin laut juga. Padahal di kerinci tidak sekencang ini. Saya harus memasukan batu-batu besar ke dalam tenda, agar tenda bisa kokoh. Anda tidak bisa membuat patok untuk tenda di sini, karena landasan tempat mendirikan tenda adalah batuan vulkanik yang cukup keras. Jadi, anda hanya mengikat tenda pada batu-batu besar.
puncak gamalama, pengibaran bendera oi dibantu teman dari tenda sebelah
          Hanya satu malam saja berada di puncak tertinggi di kota ternate ini. cuti sudah habis, Waktunya turun gunung.
g gamalama dilihat di atas speed boat
          Setelah kembali ke perdaban, hehehe. Kota ternate, saya bergegas mengambil surat jalan di kantor cabang ternate untuk melanjutkan perjalan ke tempat kerja di pulau terpencil, obi.
          Ada sepenggal kisah yang hampir mengurungkan niat saya untuk melanjutkan pendakian ke gamalama. Sebelum naik kerinci, tepatnya sebelum saya ke bandara soetta masih menyempatkan diri untuk ‘check up’ di darmais. Pulang dari sumatera singgah lagi di darmais untuk mengambil hasil check up.
          Cukup mengejutkan, kanker darah saya sudah lewat stadium 2b tapi belum bisa dikatakan std 3. Mereka sebut ini masa transisi. Prof yang menangani saya menyarankan untuk istirahat total paling tidak setahun. Tapi, saya tegaskan tidak  bisa kalau saya sampai tidak kerja, apalagi berhenti mendaki. Besok paginya, saya tetap terbang ke ternate untuk pendakian gamalama.
menunggu speedboat jemputan @ternate
           ‘I have cancer, but cancer haven’t me…’ bukan urusan saya memikirkan saya sendiri, urusan saya hanya memikirkan Tuhan, dan urusanNYAlah memikirkan saya. Dengan semua kekurangan fisik yang ada pada saya. hanya semangat, allhamdulillah masih bisa naik gunung, walau hanya sanggup estafet 3 gunung sendiri.. tentu teman-teman pendaki yang lain, Yang masih bugar, mesti lebih dari ini… kalian pasti bisa, semangat mendaki yo!!!

6 komentar:

  1. @agieRegiana_chemeng09 : makasih yah dag mampir, moga bermanfaat... ada peribahasa yang mengatakan 'jangan mati dulu sebelum naik kerinci' ...hehehe. beneran mantap view di sana, lain kali sempatkan buat naik kesana.. g akan nyesel dag ;)

    BalasHapus
  2. keren Bro ..

    Q mau Coba Mendaki Tapi Apakah Berbahaya Bro ..

    LAgian Teman teman saya Sulit untuk Diajak .
    Aku takut Sendirin Bro...

    Tapi cerita Anda sangat Menarik.

    Kirim ke email saya ya Bro.Supaya Saya tahu Tentang Cara Pendakian .kan Anda Da pengalaman

    ni alamat email saya

    doyan_silalahi@yahoo.com

    BalasHapus
  3. Nakarasido Hita: hadeuh.... saya tidak menyarankan anda untuk mendaki solo... sebaiknya ada yang menemani... biar ada teman berbagi keindahan... percaya :D
    kalo tentang cara pendakian, saya bngung mesti mulai darimana.. terlalu luas bahasannya :)
    Jika anda ingin info serta tips tentang pendakian, anda bisa download majalah tentang pendakian di www.mountmag.com
    semoga bisa membantu... :)

    BalasHapus
  4. luar biasa bang.. aku juga punya cerita nie di : http://topikchems.wordpress.com/2013/01/14/perjalanan-berbalut-pasir/#more-62

    BalasHapus