Mengenai Saya

Foto saya
'im not an adventurer by choice but by fate'

Senin, 05 September 2011

Tuhan Tidak Pernah Benar


Tuhan tidak pernah benar
Tuhan tidak pernah benar
Tuhan tidak pernah benar
Tidak pernah benar…
Perjalanan waktu seperti anak tangga yang membawa kita ke jenjang kedewasaan yang lebih tinggi, katanya. Tiap kita berdiri di tempat yang lebih tinggi, apakah yang anda lihat di bawah sana?? Tangis? Tawa? Atau anda yang menertawakan diri anda sendiri, betapa bodoh dan kekanak2annya kita dulu?? Hahahaha, btw, sampai kapan kita harus menertawakan diri kita sendiri…
         
Dulu, ketika saya masih hidup di jalan, ngamen di stopan, sering berdoa pada tuhan agar segera lulus sekolah dan bekerja. Mungkin dengan bekerja dan berpenghasilan lumayan saya tak perlu lagi keliling2 di stopan hanya untuk tambahan rokok. Dan sekarang saya sudah bekerja, penghasilanpun allhamdulillah di atas rata2 teman seangkatan dulu. namun ternyata bertambah penghasilanpun bertambah juga masalah hidup dan kekomplekannya. Sampai pernah minta lebih baik hidup di jalan seperti dulu, so free, tanpa beban,  tidak seperti sekarang. mulai terasa beban  hidup ini. Tuhanpun tidak pernah benar.

Berapa kali dalam jenjang kehidupan saya  tuhan tidak pernah benar, pernah juga berdoa untuk dipertemukan dengan wanita yang saya tunggu dan sudah saya idamkan sejak smp dulu. dimata ini seperti itulah wanita baik-baik versi saya.pernah terlintas untuk menemuinya ketika sma saja, ah tapi zaman sma hidup saya masih berantakan, saya ingin menemuinya hanya dalam keadaan dimana saya sudah siap setidaknya mapan dan hidup normal seperti orang lain pada umumnya, bukan luntang-lantung g jelas di stopan.
Setelah saya mapan dan hidup lebih baik Tuhanpun mendengar doa saya, tidak hanya dipertemukan, lebih dari itu, kita sempat menjalin hubungan jawaban atas doa saya selama 7 tahun, walaupun harus dijalani dengan sabar, tak mudah saya bekerja di Kalimantan sementara dia kuliah di bandung. Masalah demi masalah warnai hubungan kami, akhirnya hubungan inipun dengan pahit harus diakhiri.

Siapa yang harus disalahkan atas semua ini??? Kembali, lagi-lagi Tuhanlah yang disalahkan, Tuhan tidak pernah benar, dan selalu  salah dalam menempatkan posisi saya dalam garisan takdirnya… Kalau seperti ini jadinya kenapa harus dipertemukan lagi dengannya, Tuhan??? Tuhanpun disesalkan, seandainya tidak pernah bertemu mungkin takkan berakhir seperti ini.

Tuhanpun selalu salah dan sering di complain, salah pilih profesi untuk saya, salah pilih keahlian, salah pilih cerita cinta untuk saya, salah pilih penyakit untuk saya…
Saya terlahir dan sampai sekarangpun masih tetap cadel, sering saya merasa minder ketika harus bicara didepan umum. Tapi, bukankah gara-gara itu saya jadi  bisa mainkan harmonica dan gitar juga biola??? Suara harmonica sebagai ganti vocal tentu lebih terdengar harmonis dan unik. Di samping itu juga orang-orang akan lebih mudah mengingat saya yang cadel ini bukan?? Karena saya unik, y unik kata itu yang sering kita lupakan dan parahnya justru dianggap kekurangan. Saya mestinya bersyukur karena saya unik dengan semua beban ini saya masih hidup dan masih berdiri.. saya dengan uniknya penyakit saya masih sanggup menapaki puncak2 gunung yang terkenal maut dan angker seorang diri, itu unik. Syukuri ;)
Sekarang, ketika tabungan pengalaman dan kesulitan telah bertambah, hidup dibawah bayang2 kematian (bagi saya pengidap kanker, kematian hanya masalah waktu saja), badan dan jiwa mulai lebih tahan bantingan, terlihat jelas, betapa naif dan kekanak-kanakannya saya pernah jadi manusia.
         
Yang membuat saya super heran, kalau bertemu orang dengan umur yang jauh lebih tua dari saya, tetapi memiliki tingkat kekanak2an yang sama dengan saya dulu.
Kapan kita sadar dan menertawakan diri kita ketika dulu mengatakan Tuhan tidak pernah benar??? nanti, akan ada waktunya untuk kau tersadar. Ketika semua masalah sudah sangat sesak di kepala, dan siapapun atau apapun yang kau punya bahkan yang kau inginkan dulu tak bisa membantumu untuk keluar barulah kau sadar. Bahwa kita hanya hamba, hidup hanya untuk ibadah, kalo g syukur y belajar ihklas. Ingatkan kembali tentang ujung jalan ini kemana… tempat yang sama.  Tersentak ketika membaca catatan saya sendiri (NHL (Non Hodskin Lymphoma) Vs Me)“Jangan bicara tentang iman, tulus dan kesabaran sebelum cobaan menyentuh dasar hatimu, karena Tuhan paling tahu titik terlemah di hatimu” lagi, hanya sederet kata itu yang setidaknya bisa maklumi semua perlakuan nasib pada saiah. Mungkin ini  jalan lain kesana, ingat hidup ini berujung kemana, dan tujuan kita sebenarnya kemana…

Semoga Tuhan memang benar, dan saya percaya dengan arrohman dan arrohimMU. Karena kebahagiaan atau kesedihan itu sendiripun sebenarnya masih pilihan kita dalam menyikapi masalah, hanya cara pandang saja. Percayalah Tuhan menurunkan kita ke dunia ini bukan untuk bersedih, berbahagialah…
Terimakasih untuk tiap anak tangga yang sudah saya lewati, semua itu sangat berati buat saya mengenal hidup walaupun harus sering tertawa mengingatnya. Tapi itulah hidup.. maaf untuk saya yang sok bijak, saya tak punya apa-apa untuk diceritakan hanya setapak demi setapak jalan hidup yang sudah tergenang air hujan, walaupun samar semoga kita bisa bercermin dari jejak yang ada, ambil indahnya, ambil hikamahnya, hadapi saja;)
hadiah untuk jiwa yang sudah lelah di usianya yang muda, 5 september 24 tahun. maaf belum bisa beri sesuatu yang lebih beharga daripada ini, semoga kau bisa merenung jauh lebih dalam, lelap...

2 komentar: