sunset di atas kapal km sumber raya perjalanan dari obi-ternate
@panji menunggu jemputsn speed
speed boat yang dipakai ke pelabuhan jikotamu
sunset di atas km sumber raya
view dari panji, tempat kapal sandar di p. obi
Mesti terbiasa dengan perjalanan panjang ini, tapi saya menikmatinya.. hhheu. Seperti biasa perjalanan ini dimulai dari p. obi, Halmahera selatan, Maluku utara (tempat dimana saya bekerja). Dari site naik speed boat 3 jam ke pelabuhan jikotamu. Nampaknya saya akan dapat pengalaman baru lagi dari kehidupan masyarakat timur. Kebetulan teman satu kerjaan, orang jikotamu asli suku buton nikah di hari ketika saya cuti. Lumayan bisa lihat langsung nikahan ala ‘timur’.
tamu undangan di nikahan teman ala timur
Mungkin buat orang timur ‘ritual’ pernikahan, mereka anggap biasa. berbeda dengan saya, karena saya lahir dan besar di tanah sunda. Jadi, menyaksikan adat pernikahan mereka adalah pengalaman tersendiri dan unik. Satu hal yang akan saya ingat adalah tentang lamanya mereka menggelar pesta. Di timur pesta pernikahan bisa berlangsung dari pagi sampai malam, menjelang shubuh malahan. Pakaian yang mereka kenakanpun terlihat glamour, pengantin memakai kostum gaun dan jas ala eropa.
tamu undangan sedang menari khas timur
setelah tamu undangan kumpul, pengantin
berjalan mengelilingi
tamu undangan sebagai tanda penghormatan
Tamu undangan yang datang mayoritas menggunakan gaun dan jas bahkan anak-anak kecilpun mereka dandani sedemikian rupa hingga terlihat lucu-lucu. Uniknya lagi semakin malam, tamu undangan yang datangpun sudah ga jelas, hahaha. Pasti bau minuman, mayoritas orang timur adalah drunken master. Sehingga begitu menjelang malam, sayapun memutuskan untuk pulang ke pelabuhan dan menikmati malam di atas kapal.
setiap kapal transit di pelabuhan
disambut oleh banyaknya penjual
makanan, yang pasti sea food.
Besoknya, perjalanan di lanjut dengan kapal kayu selama 1 hari 1 malam menuju ternate. Dari ternate barulah ada bandara udara, 3,5 jam berada di atas awan bukan hal yang menyenangkan. I hate fly, membosankan.. landing di Jakarta, lanjut travel ke bandung, tanah kelahiran.
bandara udara sultan babullah ternate
Tapi, pulang ke bandung bukan berarti pulang ke rumah, Hheu. Karena ada teman yang nikah, teman sebangku sma dulu. Kebetulan saya cuti, jadi menyempatkan diri untuk datang sebelum saya pergi menikmati pantai kuta. Xixixixi. Terdengar aneh memang, ke bandung tapi tidak temui orang tua, allhamdulillah orang tua selalu dan bisa mengerti keadaan saya.
jalanan buah batu bandung
taman cilaki bandung,
tempat yang penuh kenangan buat saya
slamat menempuh hidup baru teman, Retno dyah utari, bandung.
Setelah menghadiri pesta teman, tak pikir panjang lagi.. langsung saja go to soetta dengan tujuan bali. Ada pembengkakan anggaran untuk petualangan kali ini karena waktu cuti bertepatan dengan liburan dan long week end otomatis harga tiket pesawat selangit. Dengan air asia saja yang terbilang maskapai termurah dibanding yang lainnya soetta-ngurahrai 1 jt, lion bekisar 1,3 jt mungkian karena malam valentine juga, 130211.
Bali
tanah lot, bali.
hard rock cafe kuta
ngurahrai airport
130211, malam valentine @ngurahrai.. g pernah mimpi bisa juga orang seperti saya menginjak bali. Tanpa pikir panjang sayapun langsung kontek teman, dan minta saran untuk penginapan, walaupun dia menawarkan untuk tinggal di rumahnya di daerah pendidikan, denpasar. Tapi, sayang dia sudah berkeluarga dan saya tidak ingin merasa canggung, ingin bebas saja, lebih baik di penginapan.
kuta, bali.
sepanjang jalan di bali anda akan dengan
sangat mudah menjumpai sesajen
Atas saran teman dan berbagai pertimbangan, sekitaran melasti jadi tempat pilihan menginap. Tempatnya lumayan sepi, nyaman untuk beristirahat. tidak terlalu jauh juga ke pusat keramaian. Anda bisa berjalan kaki dari melasti ke kuta-legian. Sekedar saran untuk penginapan, cari yang asal bisa istirahat dengan nyaman tak usah cari yang mahal-mahal. Karena tentunya waktu di bali tidak akan anda habiskan di kamar hotel, pasti lebih sering diluar untuk jalan-jalan. Penginapan hanya tempat untuk tidur dan mandi serta penitipan barang, hheu. Untuk kalian penggila keramaian bisa menginap di daerah popies 1 atau 2, hanya saja di sana agak rawan. Bukan dalam artian criminal lebih tepatnya lagi sarang maksiat. Harga penginapan di bali dimulai dari 80 rb-jutaan/malam.
Begitu sampai penginapan, tanpa ganti pakaian ataupun berlama-lama. Langsung saja sambar kamera pergi ke pantai kuta. Malam valentine, sudah pasti banyak suguhan acara menarik di sana. Sayangnya saya sendiri, aneh ketika berjalan di tengah keramaian, diantara canda orang-orang mereka yang berpasangan. Saya enjoy saja nikmati pantai sendiri sampai larut malam. Apa saya baik-baik saja????? Wkwkwkwk
taman layung
Kembali ke penginapan sekitar jam 2 pagi. Di sambut senyum ramah penjaga penginapan sambil berbisik, ‘mas sendiri y?? butuh teman cewe g?? kalo mw, saya ada banyak anak sma, masih muda mas, gmn?? Murah ko..’ welcome to bali L, tempat dimana dijaminnya kebebasan. Hal negative yang di bawa bule ternyata lebih dominan daripada hal positivenya. Hanya tersenyum miris melangkah ke kamar ‘maaf pak, saya bukan orang seperti itu…’
kuta, sepertinya tempat ini cocok buat ajak makan someone
Esoknya (140211) bangun pagi sekali dan menghabiskan waktu dengan jalan seharian hunting-hunting foto sepanjang kuta-legian. Sore harinya silaturahmi ke rumah teman yang ada di daerah pendidikan, Denpasar. Alm mas erwan teman satu kamar saya dulu waktu sama-sama dirawat di rs santosa, bandung. Beliau adalah inspirasi saya menjalani hidup dengan kondisi saya seperti saat ini, tak mudah kawan hidup dibawah bayang-bayang kematian. Alm adalah orang yang paling bersemangat menjalani hidup. Bayangkan saja dengan kondisi tubuh yang lemah, rambut rontok, setelah menjalani kemo 8x bahkan setelah sel darah putihnya habis dan harus di suntik dari luar untuk penambahan sel darah putih Alm masih menyempatkan diri untuk umroh ke tanah suci.. subhanallah.
alm mas erwan dan anak2nya
jalanan kuta
Setelah berbingcang sampai malam dengan alm mas erwan, malam harinya pamitan pulang. Diantar Alm sampai penginapan, padahal saya sudah bilang mau naik taksi saja. Dengan kondisinya yang seperti itu Alm masih saja memaksakan diri untuk mengantar saya ke penginapan bahkan sempat jalan-jalan menikmati malam di Bali.
mobil carteran
taman layung
Sampai di penginapan sudah larut, langsung mandi kemudian tidur. 150211 bangun pagi lagi bergegas cari carteran mobil untuk keliling bali. Lumayan dapat yang murah 250 rb sudah termasuk supir dan bensin. Lamanya waktu sewa dari jam 8 pagi sampai jam 6 petang. Kalau rombongan mungkin akan terasa ringan. tapi saya sendiri, jadi, untuk akomodasi seperti ini perlu dana ekstra.
monkey forest
Berbekal kamera dan teman ngobrol sang supir sekaligus guide, akhirnya mulailah menapaki bali, sendiri saja menikmati tanah lot, taman layung, monkey florest dan berakhir di ubud. Kembali ke penginapan seperti biasa larut malam.
Lombok
pendakian
G. Rinjani
sembalun, lombok timur. dihadang kabut yang tebal.
Selaparang airport, Mataram.
Gerbang menuju senggigi beach
160211, setelah puas berada di Bali perjalananpun berlanjut ke Lombok. Dari ngurahrai-selaparang terbang dengan merpati (188 rb, tiket promo 160211). Di Lombok menginap di rumah paman daerah mataram. Allhamdulillah ada kel di sana. Mengurangi budget untuk penginapan hehehe. Sampai di Lombok, tanpa tunggu lama ditemani keponakan langsung pergi ke pantai senggigi berburu sunset di sana.
Mobil Carteran
ngumpul @udayana,
mirip malioboro di yogya
170211, Dengan menyewa mobil 250 rb saya sekaligus kel paman saya pergi bersama ke sembalun. Kebetulan paman punya orang tua angkat di sembalun sana. Beliau pernah lama tinggal di sembalun ketika membangun irigasi di sana. Dari awal pemberangkatan banyak info yang mengatakan jalur pendakian untuk rinjani ditutup. Tapi karena saya orang yang keras kepala tetap saja berangkat ke sembalun dengan harapan ada jalan lain untuk naik rinjani.
kabut tebal di sembalun
maskot sembalun, bawang putih.
Sesampainya di sembalun disambut cuaca buruk, kabut tebal menutupi desa sembalun. Bahkan rinjani sama sekali tak nampak, tertutup kabut. saya dan pamanpun bergegas mencari info tentang ditutupnya jalur pendakian ke rinjani. Dan benar saja ternyata memang ditutup jalur kesana. Terlintas untuk tetap ngotot naik mengingat saya sudah melangkah sejauh ini. Namun saya urungkan niat itu, bisa saja saya naik lewat jalan tikus yang ditawarkan warga sekitar tanpa ketahuan petugas. Namun, semuanya mentok pada kata ‘menghargai’.
Kebun milik orang tua angkat di
sembalun
Mungkin itu sikap yang diambil untuk menghormati warga sembalun. Saya berpikir, warga sekitar saja para nelayan yang biasa mencari ikan di sagara anak patuh pada aturan itu dan tak ada warga sekitar yang melanggar untuk naik rinjani. Masa saya pendatang mu ‘culanggung’ naik ke sana???.
Dengan perasaan kecewa meninggalkan sembalun kembali ke mataram, kediaman paman. Dan hendak melanjutkan perjalanan ke p. Sumbawa G. tambora. Awalnya saya mw pergi naik pesawat dengan asumsi bisa menghemat waktu perjalanan. Ah, tapi setelah melihat jarak bandara yang terletak di kab bima cukup jauh dari tambora yang berada di kab. Dompu, sama saja dengan jalan darat beda tipis.
sumbawa
pendakian G. tambora 2851 mdpl The greats crater in indonesia
tambora mt
The greats crater in indonesia
bis sinar langsung, terminal mandalika, mataram, lombok.
pelabuhan kayangan
jatah makan gan.
sunset di perjalanan diatas kapal
kayangan-tano
180211, dari terminal mandalika dengan bis sinar langsung pergi meninggalkan Lombok menuju Sumbawa. Untuk agen bis saya merekomendasikan sinar langsung karena perjalanan ke Sumbawa memakan waktu cukup lama. Dan anda butuh bis yang nyaman untuk isirahat karena perjalan ditempuh dalam waktu sekitar 12 jam dengan bis langsung tidak menaikkan penumpang di tengah jalan. Ongkosnya 150 rb, dapat makan satu kali bisa dinikmati setelah anda menyebrang dari pelabuhan kayangan-p. tano(sumbawa). Begitu sampai di tano anda bisa menikmati hidangan yang telah di siapkan agen bis.
sunset di perjalanan diatas kapal
kayangan-tano
sunset di perjalanan diatas kapal
kayangan-tano
Sampai di p. Sumbawa, minta turun di cabangbanggo. Cabangbanggo ini jalan cabang apakah akan melanjutkan perjalan ke bima atau dompu. Sampai di cabangbanggo sekitar pukul 3 pagi 190211 dari mataram 3 sore 180211. Dari cabangbanggo anda bisa meneruskan perjalan menggunakan bis kearah calabai minta turun di desa dhoropeti.
Sebaiknya anda berhati-hati begitu tiba di cabangbanggo, calo di sini rese dan kurang ramah. Bisa dimaklumi, kebanyakan kota transit memang seperti itu. Sayapun sempat ribut dengan beberapa calo di sana karena mereka meminta bayaran terlalu mahal. Bayangkan saja ongkos yang biasanya 15 rb mereka minta 50 rb.
Saya sudah meminta untuk kembali menurunkan ransel saya dari bis dan menunggu bis lain. Tapi untung ada seorang pemuda yang keluar dari bis dan membantu saya. Meminta para calo untuk tidak mengganggu saya dan berkata saya adalah temannya. Para calo akhirnya pergi dan membiarkan saya naik bis.
Di dalam bis berkenalan dengan pemuda tadi, namanya Anto. Rupanya dia warga gunung sari, desa di bawah kaki tambora. Katanya dia sempat mendengar percakapan saya dengan para calo tadi. Anto mendengar saya mau naik tambora.
ada percakapan yang tidak bisa saya lupakan ketika berkenalan dengan Anto ini.
A: mw apa mas naik tambora??? Mw cari keta? Madu? Ayam hutan atau babi??
S: ??!@#$%?? Y, naik saja menikmati alam…
A: naik gunung g nyari apa-apa?? Aneh.. saya juga biasa naik tambora untuk cari keta, mas kan naik sendiri, jadi nanti biar saya temani.
S: mantap, boleh kalo mau temani.. saya senang ada teman.
Anto melihat saya dengan tatapan aneh sayapun demikian, apa orang ini tidak tahu kalo di dunia ini ada hobi yang disebut ‘MENDAKI’. Aneh…
tempat tinggal keluarga anto
Dapur mereka, indonesia..
tempat tinggal keluarga anto
Begitu sampai di desa g. sari sekitar pukul 7 pagi, 190211. saya diajak ke rumah Anto, barulah saya mengerti kenapa dia menatap aneh saya ketika saya katakan naik gunung ingin menikmati alam. Rumahnya benar-benar jauh dari kata layak.. maaf, gubuk dari jerami dan kayu sudah belubang disana-sini, terasing sendiri di tengah ladang tanpa listrik dari PLN.
Malam tanpa penerangan PLN.
Hanya lampu obr Saja
Begini gelapnya kalau tanpa cahaya flash
Bagi warga desa g. sari naik g tambora mencari keta adalah mata pencarian sampingan mereka selain berladang. Keta adalah tanaman hias yang daunnya bisa dirangkai sedemikian rupa untuk hiasan. Banyak pengrajin di sana yang siap membayar untuk setiap karungnya. Selain keta mereka juga mencari madu, ayam hutan atau berburu babi hutan.
Dikediaman anto sayapun mengenal pak syahwil, tetangga anto yang ladangnya bersebelahan. Setelah berbincang dengan pak syahwil tentang maksud kedatangan saya ke desa g. sari. Pak syahwilpun ingin menemani saya naik tambora.
Setelah kami makan di rumah anto, akhirnya kami bertiga bergegas memulai pendakian tambora pada jam 12 siang 190211. Banyak hal yang membuat saya miris ketika mengenal mereka. Dari makanan saja saya sudah miris saksikannya.
Karena saya dianggap tamu, dan mereka biasa menyambut tamu dengan makanan yang mereka anggap paling istimewa. Dan makanan istimewa itu adalah mie instan rebus.. saya jadi heran dan bertanya, kalo mie instan makanan istimewa bagi mereka. Sehari-harinya mereka makan apa?? ‘ini z mas rumput-rumput yang tumbuh di sekeliling rumah’. hadeuh. Saya pikir bangsa ini sudah merdeka.. ternyata, masih ada warganya yang hidup seperti ini.
Rumah mereka yang jauh dari kata layak ironis dengan hinggarbingar renovasi gedung DPR yang jelas-jelas orang yang menikmati fasilitas di DPR itu wakil mereka. Wakilnya enak-enakan makan tidak kekurangan, tapi bosnya kok seperti ini???
Ternyata cerita tak hanya sampai di rumah dan makanan sehari-hari mereka. Bahkan ketika kami hendak memulai pendakian, kembali saya harus mengerutkan kening lagi. Melihat mereka telanjang kaki. Membuat saya bertanya, ‘kalian yakin tidak akan memakai sepatu???’, ‘sayang bang sepatu itu untuk ke kota’ baru kali ini lihat orang naik gunung dengan telanjang kaki. ‘y sudah nanti di desa kita beli sandal dulu sekalian makanan buat nanti kita di atas’.
Di warung desa kami singgah dulu untuk perbekalan di atas sekalian beli sandal untuk mereka. Lagi, lagi dan lagi harus dibuat geleng-geleng dengan ulah teman baru saya ini. Sandal yang baru saya beli, tidak mereka pakai. Diikat dengan tali dan di gantungkan di celana. Spontan saya bertanya kenapa g di pake?? ‘sayang bang masih baru, buat nanti saja..’ speechless…
Marker yang tersisa
Marker yang tersisa
sumber air sebelum pos 4
marker menuju puncak
Rute untuk naik ke tambora ini agak remang-remang karena pendakian ke tambora tidak seramai pendakian di rinjani. Walaupun letak keduanya berdekatan. Jalur yang sudah ada tertutup kembali oleh lebatnya hutan tambora. Marker yang ada pun sudah banyak yang hilang.
Jelatang bulan
jelatang lidah kerbau
Naik ke tambora dengan keadaan jalur seperti itu sama saja dengan membuat jalur kembali. Sepanjang jalan tak lelah tangan ini menebas ilalang-ilalang yang sudah tinggi. Sering juga dijumpai tanaman jelatang jenis lidah kerbau atau bulan sebaiknya anda berhati-hati dengan tanaman yang satu ini bisanya cukup membuat kulit anda terasa panas dan gatal paling tidak untuk seminggu.
Kemalaman di pos 3
Karena pendakian dimulai pada siang hari, sampai di pos 3 kami kemalaman dan mendirikan tenda disana. 200211 paginya baru kembali melanjutkan pendakian. Trek yang mesti kami lewati kali ini lebih parah dari jelatang dan sangat saya benci, pacet. Sepanjang jalan harus sering memeriksa sepatu. Sering saya temukan paling tidak 5 sampai 6 pacet sudah merayap di sepatu.
pacet merayap di sepatu
pacet merayap di sepatu
pacet merayap di sepatu
Tapi, tentunya yang paling parah adalah kedua teman baru saya ini, karena mereka tidak memakai alas kaki. Bahkan saya sadar kalau trek yang kami lewati terdapat banyak pacet justru dari mereka. Ketika anto mengeluh kenapa kakinya terasa basah. Begitu sadar, ternyata basah karena kakinya sudah banyak mengeluarkan darah digigit pacet, dan ntah berapa banyak pacet yang sudah bersarang dikakinya.
pos 4
Perjalanan menuju puncak
Setelah kami keluar dari lebatnya hutan tambora dan kini berganti menjadi vegetasi ilalang dengan beberapa pohon cemara yang tumbuh. Dari sini puncak sudah terlihat. Ada juga semacam bangunan panggung dari kayu, ini pos 4. Di pos 4 ini kami mendirikan tenda. Dan langsung summits attack dengan membawa barang seperlunya.
Perjalanan ke puncak kami tempuh dalam waktu 1 jam. Pemandangan di puncak sungguh mengagumkan. Anda bisa melihat kawah terbesar di Indonesia dengan Lebar kawah sepanjang 7 Kilometer dan keliling kawahnya sepanjang 16 Km memiliki jarak antara puncak dengan dasar kawah sedalam 800 meter.
view @puncak
view @puncak
view @puncak
Dan kawah ini terbentuk akibat letusan tambora pada tahun 1815 yang besar letusannya 4x letusan Krakatau. Karena letusan ini pula, tambora yang memiliki ketinggian 4300 mdpl kini menjadi 2851mdpl hampir setengah ketinggian gunung ini hilang akibat dashatnya letusan kala itu.
view @puncak
sepanjang sejarah dunia, letusan tambora ini yang paling memakan banyak korban baik langsung ataupun tak langsung.
Setelah cukup menikmati puncak, kamipun bergegas kembali ke tempat kami mendirikan tenda di pos 4. Dan bermalam di sana. Baru besok paginya kami pulang ke desa.
view @puncak
edelweis belum berbunga
Tadinya sesampai di desa saya mau langsung melanjutkan perjalanan ke flores. Tapi, anto dan pak syahwil menyarankan untuk melepas lelah dulu di tempat mereka. Atas desakan mereka akhirnya saya menginap satu malam di rumah anto.
Karena di rumah mereka tidak ada listrik untuk charger hp dan kamera. Malam harinya kami mendatangi kepala desa gunung sari yang kebetulan punya genset. Dengan membeli bensin akhirnya bisa chas hp dan kamera.
Bermalam di rumah yang sederhana di tengah ladang tanpa penerangan dari PLN pengalaman tersendiri buat saya. Menjelang malam harus siap perang dengan babi hutan yang merusak ladang. Tak jarang babi juga melintas di kolong rumah.
rumah kepala desa
Sepanjang perjalanan ketika naik tambora ada perbincangan menarik dengan mereka. Saya tertarik dengan kehidupan mereka, membuat saya banyak bertanya tentang mata pencaharian mereka. Kebanyakan mereka berladang tapi itu bukan hal yang menyenangkan untuk hidup. Karena hasil dari berladang tidaklah seberapa. Mereka mengeluhkan tentang modal yang kurang untuk memulai berladang. Modal untuk beli bibit, pupuk dan insektisida.
Sebagai ucapan terimakasih karena telah menemani mendaki dan banyak membantu saya selama di atas sana. Saya pun mengusulkan pada mereka, bagaimana kalau masalah modal saya yang tanggung semua.. mulai dari bibit, pupuk hingga insektisida. Mereka hanya menanam saja dan merawat, nanti keuntungannya kita bagi 3. Allhamdulillah sudah 2 bukit kami kelola bersama.